Mengenai Saya

Foto saya
Nama lengkapku adalah Ibrahim Suleman Aku adalah mahasiswa dari Universitas Negeri Gorontalo, jurusan S-1 Keperawatan, kelas B

Rabu, 30 Juni 2010

LATIH 1

LATIH 4

LATIH 2

LATIH 3

LATIH 8

LATIH 6

LATIH 5

LATIH 7

LATIH 9


DAFTAR PENJUALAN BUKU KOMPUTER
BULA JANUARI-MARET 2010

JUDUL BUKU BULAN PENJUALAN
JAN FEB MAR APR
WORD 100 200 130 260
EKCEL 1000 1400 210 300
POWER POIT 1250 215 240 350
ACCES 1100 1300 210 250

Senin, 28 Juni 2010


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia merupakan hospes delapan spesies ameba yang hidup dalam rongga usus besar yaitu entamoeba histolytica, entamoeba dispar, entamoeba coli, entamoeba harmani, jodamoeba bustchlii, dientamoeba fragilis, endolimax nana dan satu spesies yang hidup dalam mulut yaitu entamoeba gingivalis. Semua amoeba itu tidak patogen dan hidup sebagai komensial pada manusia, kecuali E. Hystolica
Tentu kita bertanya-tanya, bagaimanakah perbedaan dari ameba yang bersifat patogen dan apotgen, sehingga itu di dalam maklah ini akan di bahas lebih rinci (dikhususkan) terutama pada ameba yang bersifat apatogen yaitu Endolimax nana
B. TUJUAN
Setelah membahas makalah ini mahasiswa diharapkan dapat :
1. Mengetahui hospes dari Endolimax nana
2. Mengetahui distribusi geografik dari Endolimax nana
3. Mengetahui morfologi dan daur hidup dari Endolimax nana
4. Mengetahui patologi dan gejala klinis dari Endolimax nana
5. Mengetahui epidemiologi dari Endolimax nana


BAB II
PEMBAHASAN
Endolimax Nana
A. Hospes
Hospes definitive Endolimax nana adalah manusia dan tidak mempunyai hospes reserfoar
B. Distribusi Geografik
Kosmopolit
C. Morfologi dan Daur Hidup
Endolimax Nana adalah genus amoebozoa yang ditemukan dalam usus berbagai hewan, termasuk spesies ditemukan pada manusia. Hal ini menyebabkan penyakit tidak diketahui, meskipun sangat signifikan di bidang kedokteran karena dapat memberikan hasil positif palsu untuk tes lain, terutama spesies yang serupa .
Entamoeba histolytica, yang patogen yang bertanggung jawab atas amuba disentri, dan karena kehadirannya menunjukkan host memiliki bahan tinja dikonsumsi. Membentuk kista dengan empat inti yang excyst dalam tubuh dan menjadi trophozoites. Endolimax nana inti memiliki endosome besar agak off-pusat dan sejumlah kecil terlihat kromatin atau tidak sama sekali.
Selama siklus hidupnya Endolimax nana mempunyai dua macam stadium, yaitu stadium aktif dikenal dengan tropozoi dan stadium tidak aktif dikenal dengan Kista.
1. Kista
Kista kecil, dengan bentuk bulat untuk ellipsoidal. Kista matang berisi empat inti; dewasa kista jarang terlihat. Kista ini ukuran 5-10 mm, dengan kisaran yang biasa 6-8 mm. Dalam persiapan bernoda, inti memiliki karysome yang berbeda, meskipun tidak sebesar seperti yang terlihat dalam trophozoite, masih lebih besar daripada Entamoeba karysome dari spesies. Kromatin perifer tidak ada. Meskipun inti tidak terlihat pada persiapan tidak dicemarkan, maka dengan mudah karysomes yodium apparet dalam basah bernoda mounts. Sitoplasma menyebar mungkin mengandung glikogen, dan tubuh kromatid absen. Kadang-kadang, butiran kecil atau inklusi mungkin terjadi di sitoplasma.

2. Trophozoite
Tahap ini adalah kecil, berukuran 6-12 mm, dengan kisaran rata-rata 8-10 um. Trophozoites hidup yang lamban dan umumnya non-progresif. Inti tunggal kadang-kadang dapat dilihat dalam persiapan tidak dicemarkan. Dalam bernoda organisme, yang biasanya karyosome besar dan berbentuk tidak teratur, tetapi kadang-kadang mungkin terpecah-pecah atau diletakkan di satu sisi membran nuklir. Ada kromatin perifer pada membran nuklir. Sitoplasma, yang kasar dan sering sangat rinci vacuolated, mungkin mengandung bakteri.
Endolimax nana trofozoit Endolimax nana trofozoit

- sitoplasma bergranula dan bervakuol
- mempunyai 2-8 inti yang letaknya tidak teratur

Amoeba ini hidup sebagai komensial di rongga usus besar manusia terutama dekat sekum dan memakan bakteri. Dalam daur hidupnya terdapat stadium vegetative dan stadium kista. Stadium vegetative (trofozoit) berukuran 6-15 mikron (umumnya <10 mikron). Mempunyai inti endolimax, ektoplasma tampak dalam keadaan diam dan pseudopodium pendek. Endoplasma mempunyai vakuola dan mengandung bakteri. Pergerakan parasit ini sangat lambat. Stadium kista berukuran 5-14 mikron, sebesar sel darah merah. Dalam tinja kista biasanya berinti 4. Intinya kecil dan mengandung kariosom yang besar yang letaknya sentries atau eksentris. Kromatin letaknya di bagian tepi, mempunyai membrane tipis dan terdapat vakuola glikogen yang besar dengan vakuola makanan yang mengandung bakteri, sel-sel tanaman dan debris. Endolimax nana penting dipelajari untuk membedakan dari parasit yang patogen misalnya E. histolytica. Parasit apatogen ini biasanya bersama parasit lainnya yang patogen. Endolimax nana dapat dibedakan dengan E. histolytica dan E. coli berdasarkan ukurannya yang lebih kecil. Infeksi terjadi dengan menelan kista matang

D. Patologi dan gejala klinis
Endolimax nana diketahui bersifart komensial (non patogen) tetapi parasit ini penting diketahui untuk membedakan dengan E. hystolytica yang bersifat patogen

E. Epidemiologi
Studi epidemiologi menunjukkan penyebaran Endolimax nana cukup tersebar di dunia, seperti di wilayah turki selatan yang merupakan wilayah endemic. Amebiasis, ditemukan sekitar 9 (2,3%) dari 380 pasien yang diperiksa. Pengamatan dari masyarakat di wilayah Thailand barat E. nana ditemukan sekitar 10% dari 398 pasien. Di Chicago hasil penelitian pada kaum homoseksual yang menderita diare, prevalensi E. nana ditemukan paling banyak yaitu 106 (39%) dari 372 sampel tinja diare bersama sama dengan parasit patogen lainnya seperti E. histolytica dan Giardia lamblia. E. nana juga ditemukan pada pasien HIV 1,8% (4/35) bersamaan dengan parasit intestinal lainnya yang patogen. Transmisi parasit ini berhubungan dengan hygiene perorangan, kontaminasi air dan makanan, juga dari penyaji makanan (food handler) baik di tempat-tempat makanan maupun di rumah sakit saat menyajikan makanan untuk pasien. Di Indonesia (Sulawesi Selatan) prevalensi E.nana sekitar 12,5 % dari 398 pasien
Modus transmisi menelan kista matang dalam makanan atau air yang terkontaminasi.E. nana ditemukan dalam hangat, lembab iklim dan cenderung kurang tahan terhadap dessication daripada Entameoba coli. Meskipun dianggap sebagai non-patogen, penelitian terbaru shown E. ditampilkan E. nana , along with B. nana, bersama dengan B. hominis , to cause periodic, mild- hominis, menyebabkan periodik, ringan dan usus ketidaknyamanan pada anak-anak ketika mereka terjadi pada prevalensi tinggi dan intensitas Parasit berhubungan dengan kekurangan sanitasi dan kebersihan rendah stándar ditemukan di negara-negara berkembang. Peran (hominis Blastocystis) penyakit manusia masih controversi, meskipun banyak penelitian yang mendukung atau menyangkal pathogenicity. Pathogenicity. Ini dapat dideteksi di tinja 1-40% dari spesimen depending tergantung pada lokasi geografis dari pasien dan dikaitkan dengan mual, demam, muntah, diare dan sakit perut. Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bentuk-bentuk ameboid B. hominis dapat menjadi indikator pathogenicity atau paling mungkin untuk berkontribusi pathogenicity dan bertanggung jawab atas gejala
Banyak laboratorium quanititate B. hominis pada formulir laporan, misalnya, hanya sedikit, sedang, atau banyak. Saat ini metronidazol tampaknya menjadi obat yang paling tepat jika untuk mengobatI.



BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Hospes definitive Endolimax nana adalah manusia dan tidak mempunyai hospes reserfoar
2. Endolimax Nana adalah genus amoebozoa yang ditemukan dalam usus berbagai hewan, termasuk spesies ditemukan pada manusia.
3. Selama siklus hidupnya Endolimax nana mempunyai dua macam stadium, yaitu stadium aktif dikenal dengan tropozoi dan stadium tidak aktif dikenal Distribusi Geografik Endolimax nana Kosmopolit dengan Kista.
4. Endolimax nana diketahui bersifart komensial (non patogen) tetapi parasit ini penting diketahui untuk membedakan dengan E. hystolytica yang bersifat patogen
5. Studi epidemiologi menunjukkan penyebaran Endolimax nana cukup tersebar di dunia,
B. SARAN
1. DI dalam penyusunan makalah ini, penyusun mengharapkan suatu kritikan yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini
2. Kiranya untuk menjadikan mahasiswa lebih paham akan materi protozoa dan materi lainnya diharapkan terdapat uji praktikum untuk membahas materi yang telah ada dengan menyeimbangkan dasar teori

DAFTAR PUSTAKA

Ash LR, Orihel TC. Endolimax nana in Atlas of human parasitology. Fourth edition. Chicago. American Society of Clinical Pathologist (ASCP) Press. 1997;75-9
Natadisastra D. Parasitologi Kedokteran ditinjau dari organ yang diserang. Edisi I. 2005; 134
Schmidt GD, Roberts LS. Foundation of Parasitology. Seventh ed. Mc Graw-Hill Int. ed. 2005:114-5

CARA MENGEMBALIKAN FILE DAN FOLDER YANG DISEMBUNYIKAN VIRUS


Beberapa waktu yang lalu saya diminta teman untuk memeriksa flasdisk yang katanya datanya hilang. Setiap membuka setiap folder maka ia akan kembali ke folder tersebut atau membuka folder lainnya, dan foldernya selalu kosong. Setelah saya scan di komputer dengan AVG Free Edition + update terbaru, akhirnya ditemukan banyak sekali virusnya, dan ternyata virus-virus itu ( seperti kebiasaan virus lokal saat ini ) menduplikasi dirinya dengan icon dan nama folder yang bersangkutan, sehingga ketika membuka folder sebenarnya menjalankan virusnya. Sedangkan folder aslinya di sembunyikan ( hidden ).

Untuk menampilkan folder yang disembunyikan, tidak cukup melalui Folder Options > View > Show hidden files and folders, tetapi harus menghilangkan check di "Hide protected operating system files (Recommended)" dan terkadang menu ini dihilangkan oleh virus, sehingga kita tidak bisa merubahnya.

Setelah folder ditampilkan, icon akan tampak samar-samar yang menunjukkan file/folder di-hidden jika di klik kanan > Properties, maka opsi Hidden tidak akan bisa dirubah ( karena hidden system ). Untuk menampilkannya lagi bisa dilakukan dengan langkah berikut :
1. Buka Command Prompt ( All Programs > Accessories > Command Prompt )
2. Cari dimana folder yang di sembunyikan
3. Ketik perintah ATTRIB *.* -S -H -R /S /D
4. Untuk mengetahui keterangan mengenai perintah itu ketik ATTRIB /?
Semoga bermanfaat.

Minggu, 27 Juni 2010

ANTI VIRUS FARMAKOLOGI

Anti Virus
1. Pendahuluan
Selama bertahun-tahun terdapat anggapan bahwa sangatlah sulit untuk mendapatkan kemoterapi antivirus dengan selektivitas yang tinggi. Siklus replikasi virus yang dianggap sangat mirip dengan metabolisme normal manusia menyebabkan setiap usaha untuk menekan reproduksi virus juga dapat membahayakan sel yang terinfeksi. Bersamaan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan pengertian yang lebih dalam mengenai tahap-tahap spesifik dalam replikasi virus sebaga target kemoterapi anti virus, semakin jelas bahwa kemoterapi pada infeksi virus dapat dicapai dan reproduksi virus dapat ditekan dengan efek yang minimal pada sel hospes.
Siklus replikasi virus secara garis besar dapat dibagi menjadi 10 langkah :adsorpsi virus ke sel (pengikatan, attachment), penetrasi virus ke sel, uncoating (dekapsidasi), transkripsi tahap awal, translasi tahap awal, replikasi genom virus, transkripsi tahap akhir, assembly virus da penglepasan virus. HIV juga mengalami tahapn-tahapan diatas dengan bebrapa modifikasi yaitu pada transkripsi awal (tahap 4) yang digati dengan reverse transcription ; translasi awal (tahap 5) diganti dengan integrasi ; dan tahap akhir (assembly dan peglepasan) terjadi bersamaan sebagai proses “budding” dan diikuti dengan maturasi virus. Semua tahap ini dapat menjadi target intervensi kemoterapi. Selain daripada tahapan yang spesifik pada replikasi virus, ada sejumlah enzim hospes dan proses-proses yang melibatkan sel hospes yang berperan dalam sintesis protein virus. Semua proses ini juga dapat dipertimbangkan sebagai target kemoterapi antivirus
2. PEMBAHASAN OBAT ANTIVIRUS
Empat golongan besar ativirus yang akan dibahas dalam dua bagian besar yaitu pembahasan mengenai antinonretrovirus dan antiretrovirus. Klasifikasi pembahasan obat antivirus dalam bab ini dapat dilihat pada skema di bawah ini :








Sedangakn tempat kerja utama obat pada replikasi virus dapat kita lihat pada skema di bawah ini :
















ANTI NONRETROVIRUS
2.1.1. ANTI VIRUS UNTUK HERPES
Obat-obat yang aktif terhadap virus herpes umumnya merupakan antimebolit yang mengalami bioktivasi melalui enzim kinase sel hospes atau virus untuk membentuk senyawa yang dapat menghambat DNA polimerase virus. Gambaran mekanisme kerja obat-obat antimetabolit (analog purin dan pirimidin) dapat dilihat pada skema di bawah ini :












Ansiklovir dimetabolisme oleh enzim kinase virus menjadi senyawa intermediet. Senyawa intermediet asiklovir (dan obat-obat seperti idoksuridin, sitarabin, vidarabin dan zidovudin) dimetabolisme lebih lanjut oleh enzim kinase sel hospes menjadi analog nukleotida, yang bekerja menghambat replikasi virus
1) ASIKLOVIR
Adapun mekanisme kerja asiklovir yaitu :










Mekanisme Kerja
Asiklovir bekerja pada DNA polimerase virus, seperti DNA polimerase virus herpes. Sebelum dapat meghambat sintesis DNA virus, asiklovir harus mengalami fosfolirasi intraseluler, dalam tiga tahap unutk menjadi bentuk tifosfat. Fosfolirasi intraseluler, dalam tiga tahap untuk menjadi bentuk trifosfat. Fosfolirasi pertama dikatalisis oleh timidin kinase virus, proses selanjutnya berlagsung dalam sel yang terinfeksi virus
Resistensi
Resistensi terhadap asilovir disebabkan oleh mutasi pada gen timidin kinase virus atau pada gen timidin kinase virus atau pada gen DNA polimerase
Indikasi
Infeksi HSV-1 dan HSV-2 baik lokal maupun sistemik (termasuk keratitis herpetik, herpetik ensefalitis, herpes genitalia, herpes neonatal dan herpeslabialis) dan infeksi VZV (Varisel dan herpes Zoster).
Dosis
Untuk herpes genital ialah 5 kali sehari 200 mg tablet, sedangkan untuk herpes zoster ialah 4x 400 mg sehari. Penggunaan topikal untuk keratitis herpetik adalah dalam bentuk krim ophtalmic 3% dan krim 5% untuk herpes labialis
Efek samping
Asiklovir pada umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Asiklovir topikal dalam pembawa polietilen glikol dapat menyebabkan iritasi mukosan dan rasa bakar yang sifatnya sementara jika dipakai pada luka genitalia. Asiklovir oral, walaupun jarang, dapat menyebabkan insufisiensi renal dan neurotoksitas
2) VALASIKLOVIR
Merupakan ester L-valil dari asiklovir dan hanya terdapat dalam formulasi oral. Setelah ditelan, valasiklovir dengan cepat diubah menjadi asiklovir melalui enzim valasiklovir hidrolase di saluran cerna dan di hati
Farmakokinetik
Bioavailabilitas oralnya 3 hingga 5 kali asiklovir (54%) dan waktu paruh eliminasinya 2-3 jam. Waktu paruh intraselnya, 1-2 jam. Kurang dari 1% dari dosis varasiklovir ditemukan diurin, selebihnya dieliminasi sebagai asiklovir.
Mekanisme kerja dan resistensi
Sama dengan asiklovir
Indikasi
Varasiklovir terbukti efektif dalam terapi infeksi yang disebabkan oleh virus herpes simplex, virus varisela-zoster dan sebagai profilaksis terhadap penyakit yang disebabkan sitomegalo virus.
Sediaan dan dosis
Untuk herpes genital peroral 2x sehari500 mgtablet selam 10 hari. Untuk herpes zoster 3x sehari 2 tablet 500 mg selama 7 hari
Efek samping
Sama dengan asiklovir. Pernah terdapat laporan varasiklovir menyebabkan mikroangiopati trombotik pada pasien imunosupresi yang menerima berbagai macam obat.
3) GANSIKLOVIR
Berbeda dengan asiklovir akan tetapi metabolisme dan mekanisme kerjanya sama dengan asiklovir yang sedikit berbeda adalah pada gangsiklovir terdapat karbon 3” dengan gugus hidroksil
Mekanisme kerja
Gangsiklovir diubah menjadi gansiklovir monofosfat oleh enzim fosfotranssilase yang dihasilkan sel yang terinfeksi sitomegalovirus. Gansiklovir monofosfat merupakan substrat fosfotransfirase yang lebih baik dibandingkan dengan asiklovir. Waktu paruh eliminasi gansiklivir trifosfat sedikitnya 12 jam sedangkan asiklovir hanya 1-2 jam
Resistensi
Penurunan fosfolirasi gansiklvir karena mutasi pada fosfotransferase virus yang dikode oleh gen UL97 atau karena mutasi pada DNA polimerase virus
Indikasi
Infeksi CMV, terutama CMV retinitis pada pasien imunocompromised (misalnya AIDS), baik untuk terapi atau pencegahan
Sediaan dan dosis
Untuk induksi diberikan IV 10mg/kg/hari (2x5mg/kg, setiap 12 jam) selama 14-21 hari, lanjutkan dengan pemberian maintenance peproral 3000 mg/hari (3x sehari 4 kapsul@ 250mg).
Efek samping
Mielosupresi dapat terjadi pada terapi dengan gansiklovir.
Neitropenia terjadi pada 15-40% pasien dan trombosit topenia terjaadi pada 5-20%.
Zidovudin dan obat sitotoksik lain dapat meningkatkan resiko mieloktosisitas gangsiklofir. Obat-obat nefrotoksik dapat menggangu ekskresi gangsiklovir. Robenesid dan aiklovir dapat mengurangi klirens renal gansiklovir
4) VALGANSIKLOVIR
Merupakan ester :L-faline
Mekanisme kerja dan resistensi
Sama dengan gansiklovir
Indikasi
Infeksi CMV. Valgansiklovir oral merupakan sediaan yang diharapkan dapat menggantikan gansiklovir IV dalam terapi dan pencegahan infeksi CMV
Dosis
Untuk induksi diberikan peroral 2x 900 mg/hari (2 tablet 450 mg/hari) selama 21 hari, dilanjutkan dengan terpai maintenance 1x 900 mg/hari. Dosis harus dikurangi pada pasien dengan gangguan ginjal
Efek samping
Sama dengan gangsiklovir. Laporan efek samping lain yang terjadi dengan terapi valgansiklovir adalah sakitt kepala dan gangguan gastrointestinal
5) PENSIKLOVIR
Struktur kimia pensiklovir mirip dengan gansiklovir. Metabolisme dan mekanisme kerjanya sama dengan asiklovir, namun perbedaannya, pensiklovir bukan DNA-chain terminator obligat
Mekanisme kerja
Pada prisnsipnya sama dengan asiklovir
Resistensi
Resistensi pada pensiklovir disebabkan oleh mutasi pada timidin kinase atau dengan DNA polimearase virus. Kejadian resistensi selama pemakaian klinis sangat jarang. Virus herpes yang resistens terhadap asiklovir juga resisten terhadap pensiklovir
Indikasi
Infeksi herpes simplex mukokutan, khususnya herpes labialis recurent (cold sores)
Dosis
Diberikan secara topukal dalam bentuk 1% krim.
Efek samping
Reaksi lokal pada tempat aplikasi, namun jarang terjadi
6) FAMSIKLOVIR
Mekanisme kerja
Famsiklofir merupakan prodrug pensiklovir. Famsiklovir diubah melalui proses hirolisis pada 2 gugus asetilnya dan oksidasi pada posisi 6-, kemudian bekerja seperti pada pensiklovir.
Resistensi
Sama dengan pensiklovir
Indikasi utama
HSV-1, HSV-2, dan VZV
Dosis
Peroral 750 mg perhari (250 mg tablet setiap 8 jam, 3x sehari) dan 1500 mg/hari (500 mg setiap 8 jam)
Efek samping
Umumnya dapat ditolerasi degan baik, namun dapat juga menyebabkan sakiat kepala, diare dan mual. Urtikaria, ruam sering terjadi pada pasien lansia. Pernah juga terdapat laporan halusiansi dan konfusional state (kebingungan).
7) FOSKARNET
Mekanisme kerja
Obat ini membentuk kompleks dengan DNA polimerase virus pada tempat ikatan pirofosfat, mencegah pecahnya pirofosfat dari nukleosida trifosfat dan akan menghambat proses pemanjangan primer-template
Resistensi
Disebabkan oleh mutasi pada DNA polimerase virus.
Indikasi
Retinitis CMV pada pasien AIDS, infeksi herpes mukokutan yang resisten terhadap asiklovir (devisiensi timidin kinase virus) serta infeksi HSV dan VZV pada pasien imunocompromise
Dosis
Obat ini tersedia dalam bentuk larutan untuk pemberian IV dengan kadar 24 mg/ml dalam botol berisi 250 dan 500 ml.
Efeks sampimg
Nefrotoksisitas dan hipokalsemia simptomatik
8) IDOKSURIDIN
Mekanisme kerja dan resistensi
Mekanisme anti virus idoksuridin berlum sepenuhnya dapat dipahami namun derivat idoksuridin yang telah mengalami fosforilasi dapat mengganggu bebagai sistem enzim
Indikasi
HSV keratitis
Dosis
Diberikan secara topikal dalam bentuk tetes mata (0,1%)
Efek sampig
Nyeri, pruritus, inflamasi atau edeme pada mata atau kelopak mata. Reaksi alergi jarang terjadi
9) TRIFLURIDIN
Mekanisme kerja dan resistensi
Trifluridin monofosfat menghambat timidilat sinteta sesecara irreversible dan trifudin trifosfat merupakan penghambat kompotettif dari trimidin trifosfat yang akan bergabung ke DNA oleh DNA polimerase
Indikasi
HSV keratitits
Dosis
Tetes mata topikal (1%)
Efek samping
Merasa tidak nyaman saat penetesan obat dan edeme palpebra.. jarang terjadi reaksi hipersensivitas, iritasi, keratitis, punctata superfisial dan keratopati epitel

10) BRIVUDIN
Mekanisme kerja
Brivudin (setelah mengalami fosforilasi intraseluler) bekerja sebagai penghambat kompotititf DNA polimerase virus. Brivudin juga bekerhja sebagai substrat alternatif dan bergabung pada DNA virus, yang menyebabkan penurunan integritas dan fungsi DNA virus
Indikasi
Infeksi HSV-1 dan VZV,terutama herpes zozter
Dosis
Terapi herpes zozter 125 mg/ hari, 1x sehari
11) SIDOFOVIR
Mekanisme kerja
Menghambat sintesis DNA virus dengan cara memperlambat dan akhirnya menghentikan perpanjangan rantai.
Resistensi
mutasi pada DNA polimerase virus. Isolat CMV yang sangat resisten terhadap gangsiklovir (mutasi pada gen UL-97 kinase dan DNA polimerase) juga resisten terhadap sidofovir
Indikasi
CMV retinitis pada pasien AIDS. Sidofovir juga efektif untuk terapi HSV yang resisten terhadap asiklovir, herpes genitalia rekuren, CIN-III, lesi-papiloma laring dan kutan, lesimoluskum contangiosum, infeksi adenovirus dan PML
Dosis
Diberikan secara intavena 5 mg/kg /minggu selama 2 minggu pertama, kemudian 5 mg/kg setiap 2 minggu
Efek samping
Nefrotoksisitas merupakan efek samping terberat sidofovir intravena
12) FOMIVIRSEN
Mekanisme kerja
Merupakan komplemen terhadap sikuens mRNA unutk transkripsi awal CMV dan menghambat replikasi CMV melalui mekanisme yang sequence-specifik dan mekanisme non spesifik lainnya termasuk hambatan pengikatan virus ke sel
Indikasi
CMV retinitis pada pasien AIDS
Dosis
Obat ini tersedia dalam bentuk larutan, obat untuk suntikan intravitreal yang mengandung 0,25 ml dengan kadar 6,6 mg/ml. Berikan secara suntikan intravitreal 333 µg (0,05ml) setiap 2 minggu sebanyak 2 dosis, dilanjutkan dengan 1 dosis tiiap minggu,
Efek samping
Iritis terjadi pada 25% pasien, yang dapat diatasi dengan kortikosteroid topikal

2.1.2 ANTI VIRUS UNTUK INFLUENZA
1) AMANTADIN DAN RIMANTADIN
Memilki mekanisme kerja yang sama. Efikasi keduanya terbatas hanya terbatas pada influenza A saja
Mekanisme Kerja
Merupakan antivirus yang bekerja pada M2 virus, suatu kanal ion transmembran yang diaktifasi oleh ph
Resistens
Mutasi pada domain transmembran protein M2 virus menyebabkan resistensi virus terhadap amantadin dan rimantadin.
Farmakokinetik








Indikasi
Pencegahan dan terapi awal infeksi virus influenza A (amantadin juga diindikasikan untuk terapi penyakit parkinson)
Dosis
Amantadin dan rimantadin tersedia dalam bentuk tablet dan sirup untuk penggunaan oral

Resistensi
Resistensi terhadap amantadin dan rimantadin disebabkan oleh mutasi yang dapat mengubah asam amino pada kanal M2 virus
Efek samping
Gastrointestinal ringan yang terganatung dosis. Efek samping SSP seperti kegelisahan, kesulitan berkonsentrasi, insomnia, dan kehilangan nafsu makan

2) INHIBITOR NEURAMINIDASE (OSEL TAMIVIR, ZANAMIVIR)
Merupakan obat antivirus dengan mekanisme kerja yang sama terhadap virus influenza A dan B yang serupa
Mekanis kerja
Asam N-asetil neuraminat merupakan komponen mukoprotein pada sekresi respirasi; virus berikatan pada mukus, namun yan gmnyebabkan penetrasi virus kepermukaan sel adalah aktifitas enzim neuraminidase
Resistensi
Disebabkan adanya hambatan ikatan pada obat dan hambatan aktifitas enzim neuraminidase
Indikasi
Terapi dan pencegahan infeksi virus influensa A dan B
Dosis
Zamanivir diberikan perinhalasi dengan dosis 25 mg/hari (2x5mg, setiap 12 jam) selama 5 hari. Oseltamivir diberikan peroral dengan dosis 150 mg perhari (2x75 mg kapsul, setiap 12 jam) selam 15 hari
Efek samping
Umumnya zamanifir dapat ditoleransi dengan baik

3) RIBAVIRIN
Mekanisme kerja
Ribavirin merupakan analog guanosin yan gcincin purinnya tidak lengkap
Resistensi
Hingga saat ini belum ada catatan mengenai resistensi terhadap ribavirin
Spektrum aktifitas
Virus DNA dan RNA khususnya orthomyxovirus (ifluensa A dan B), paramyxovirus (cacar air) dan arenavirus (lasaa, junin, dll)
Indikasi
Terapi infeksi RSV pada bayi dengan risiko tingi
Dosis
Peroral dalam dosis 800-1200 mg/hari untuk terapi infeksi HCV; atau dalam bentuk aerosol (larutan 20 mg/mL).
Efek samping
Ribavirin aerosol dapat menyebabkan iritasi konjungtiva yan gringan, ruam yang bersifat sementara

2.1.3 ANTI VIRUS UNTUK HBV DAN HCV
1) LAMIVUDIN
Lamivudin bekerja dengan cara menhentikan sintesis DNA, secara kompetitif menghambat polimerase virus. Lamivudin tidak hanya aktif terhadap HBV saja namun juga terhadap varian precorelcore-promoter.
Resistensi
Resistensi terhadap lamivudin disebabkan oleh mutasi pada DNA polimerase virus
Farmakokinetik
Biovailabilitas oral lamivuddin adalah 80% C maax tercapai dalam 0,5-1,5 jam setelah pemberian dosis. Lamivudin didistribusikan secara luas dengan Vd setara dengan volume cairan tubuh. Waktu paruh plasmanya sekitar 9 jam dan sekitar 70% dosis diekskresikan dalam bentuk utuh di urin
]indikasi
Infeksi HBH
Dosis
Peroral 100 mg perhari (dewasar);untuk anak-anak 1 mg/kg
Efek samping
Obat ini umumnya dapat ditoleransikan dengan baik

2) ADEFOVIR
Mekanisme kerja dan resistensi
Adefovir merupakan penghambat replikasi HBV sangat kuat yang bekerja idak hanya sebagai DNA chain terminator , namun diduga juga meningkatkan aktifitas sel NK dan menginduksi produksi interferon endogen
Spectrum aktifitas
HBV, HIV dan retrovirus lain
Farmakokinetik
Adefovir sulit di absorbsi, namun bentuk dipivoxil prodrugnya diabsorbsi secara cepat dan metabolisme oleh esterase di mukosa usus menjadi adefovir dengan biovailabilitas sebesar 50%. Ikatan protein plasma dapat diabaikan Vd setara degnan cairan tubuh total. Waktu paruh eliminasi setelah pemberian oral adefovir, dipivoxil sekitar 5-7 jam. Adefovir dieliminasi dalam keadaan tidak berubah oleh ginajl melalui sekresi tubulus aktif
Indikasi
Infeksi HBV. Adefovir terbukti efektif dalam terapi ifeksi HBV yang resisten terhadap lamivudin
Dosis
Peroral dosis tinggal 10 mg/hari
Efek samping
Pada umumnya adefovir 10 mg/hari dapat ditoleransi dengan baik

3) ENTEKAVIR
Mekanisme kerja dan resistensi
Entekavir menalami fosforilasi menjadi bentuk trifosfat yang aktif, yang berperan sebagai kompetitor substrat natural(deoksiguanosin trifosfat) serta menghambat HBV polimerase.
Spectrum aktifitas
Entekavir aktif terhadap CMV, HSV1 dan 2 serta HBV
Farmakokinetik
Entekavir diabsorbsi baik peroral,Cmax tercapai antara 0,5-1,5 jam setelah pemberian, tergantung dosis. Entekavir dimetabolisme dalam jumlah kecil; dan merupakan substrat sistem sitokrom.T 1/2nya pada pasien dengan fungsi ginjal normal adalah 77-149 jam. Entekavir dieliminasi terutama lewat filtrasi glomerulus dan sekresi tubuh. Tidak perlu dilakukan penyesuaian dosis pada pasien dengan penyakit hati sedang hingga perut
Indikasi
Infeksi HBV

Dosis
Peroral 0,5 mg/hari dalam keadaan perut kosong
Efek samping
Efek samping yang sering terjadi dalam studi klinis entekacir adalah sakit kepala, infeksi saluran nadaas ata, batuk, pusing, nyeri abdomen atas dan mual

4) INTERVERON
Mekanisme kerja
Virus dapat dihambat oleh interferon pada beberapa tahap, dan tahapan hambatannya berbeda pada tiap virus. Namun, bebrapa virus dapat juga melawan efek interveron dengan cara menghambat kerja protein tertentu yang diinduksi oleh interferon. Salah satunya adalah resistensi hepatitis C virus terhadap interferon yang disebabkan oleh hambatan aktifitas protein kinase oleh HCV
Farmakokinetik
Setelah pemberian intravena, konsentrasi plasma puncak dicapai dalam 30 menit. Setelah 4 hinggga 8 jam setelah infus, interferon tidak lagi terdeteksi dalam plasma karena mengalami klirens renal yang cepat. Setelah terapi interferon dihentikan, interferon akan dieliminasi dari tubuh dalam waktu 18-36 jam.
Indikasi
Infeksi kronik HBV, infeksi kronik HCV, sarkoma, kaposi pada pasien HIV, beberapa tipe malignansi dan multiple sclerosis
Dosis
Iinfeksi HBV
Infeksi HCV
Efek samping
efek samping yang paling umum timbul adalah symptoms, fatigue, leukopenia dan depresi

ANTIRETROVIRUS
NUCLEOSIDA REVERSE TRANSCRIPTASE INHIBATOR
1) ZIDOVUDIN
Mekanisme kerja
Target zidovidin adalah enzim reverse transcriptase (RT) HIV zidovudine bekerja dengan cara menghambat enzim reverse transcrip-tase virus, setelah gugus azidotimidin (AZT) pada zidovudine mengalami fosforilasi. Dan akan menghambat reaksi reverse transcriptase
Resistensi
Disebabkan oleh mutasi pada enzim reverse trancriptase. Terdapat laporan resistensi silang dengan analognukleosida lainnya
Spektrum aktifitas
HIV (tipe1 dan2)
Indikasi
Infeksi HIV
Dosis
Zidovudin tersedia dalam bentuk kapsul 100 mg, tablet 300 mg dan sirup 5 mg/5 mL. Dosis peroral 600 mg perhari
Efek samping
Anemia, neutropenia, sakit kepala, mual
2) DIDANOSIN
Mekanisme kerja
Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan rantai DNA virus
Resistensi
Disebabkan oleh mutasi pada reserve trancriptase
Spektrum aktifitas
HIV (tipe 1 dan 2)
Indikasi
Infeksi HIV, terutama infeksi HIV tingkat lanjut
Dosis
Tablet dan kapsul salut enterik. Peroral 400 mg perhari dalam dosis tunggal atau terbagi
Efek samping
Diare, pankreatiitis, neuropati perifer

3) ZALSITABIN
Mekanisme kerja
Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan rantai DNA virus
Resistensi
Disebabkan oleh mutasi pada reserve trancriptase. Dilaporkan ada resistensi silang dengan lamivudin
Spektrum aktifitas
HIV (tipe 1 dan 2)
Indikasi
Infeksi HIV, terutama infeksi HIV tingkat lanjut yang tidak responsif terhadap zidovudin
Dosis
Diberikan peroral 2.25 mg perhari (satu tablet 0,75 mg setiap 8 jam)
Efek samping
Pankreatiitis, Neuropati perifer, stomatitis

4) STAVUDIN
Mekanisme kerja
Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan rantai DNA
Resistensi
Virusdisebabkan oleh mutasi pada RT kodon 75 dan kodon 50
Spektrum aktifitas
HIV (tipe 1 dan 2)
Indikasi
Infeksi HIV, terutama infeksi HIV tingkat lanjut, dikombinasikan dengan anti HIV lainnya
Dosis
Peroral 80 mg perhari (satu kapsul 40 mg setiap 12 jam)
Efek samping
Neuropati perifer, sakit kepala, mual dan ruam




5) LAMIVUDIN
Mekanisme kerja
Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan rantai DNA
Resistensi
Disebabkan oleh mutasi pada RT kodon 184
Spektrum aktifitas
HIV (tipe 1 dan 2) dan HBV
Indikasi
Infeksi HIV dan HBV
Dosis
Peroral 300 mg/hari (satu tablet 150 mg dua kali sehari. untuk terapi HIV, lamivudin dapat dikombinasikan dengan zidovudin atau dengan zidovudin dan abakavir
Efek samping
Asidosis laktat dan hepatomegali dengan steatosis. Efek samping lain adalah sakit kepala dan mual

6) EMTRISITABIN
Mekanisme kerja
Obat ini diubah ke bentuk trifosfat oleh enzim seluler. Mekanisme kerja selanjutnya sama dengan lamivudin
Resistensi
Terdapat laporan resistensi silang antara lamivudin dan emtrisitabin
Indikasi
Infeksi HIV dan HBV
Dosis
Peroral sekali sehari 200 mg kapsul
Efek samping
Nyeri abdomen dengan rasa keram, diare, kelemahan otot, sakit kepala, lipodistrofi, mual, rinitis, prutiyis dan ruam



7) ABAKAVIR
Mekanisme kerja
Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan rantai DNA
Resistensi
Disebabkan oleh mutasi pada RT kodon 184, 65, 74, dan 115
Spektrum aktifitas
HIV (tipe 1 dan 2)
Indikasi
Infeksi HIV
Dosis
Peroral 600 mg perhari (2 tablet 300 mg)
Efek samping
Mual muntah, diare, reaksi hipersensitif gangguan gastrointestinal

NUCLEOTIDE REVERSE TRACRIPTASE INHIBATOR (NtRTI)
TENOFOVIR DISOPROKSIL
Obat ini digunakan dalam kombinasi dengan obat antiretrovirus lainnya
Mekanisme kerja
Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan rantai DNA
Resistensi
Disebabkan oleh mutasi pada RT kodon 65
Farmakokinetik







Spektrum aktifitas
Hiv (tipe 1 dan 2) serta berbagai retrovirus lainnya dan HBU

Indikasi
Infeksi HIV dengan efafirenz; tidak boleh dikombinasikan dengan lamivudin dan abakavir
Sediaan dan Dosis
Peroral sekali sehari 300 mg tablet
Efek samping
Mual, muntah, flatulens, diare

NON-NUCLEOSIDA REVERSE TRANSCRIPTASE INHIBATOR (NHRTI)
1) NEVIRAPIN
Mekanisme kerja
Bekerja pada situs alosetrik tempat ikatan non-substrat HIV-1 RT
Resistensi
Disebabkan oleh mutasi pada RT
Spektrum aktifitas
HIV tipe 1
Indikasi
Infeksi HIV-1 dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya, terutama NRTI
Dosis
Peroral 200 mg perhari selama 14 hari pertama (satu tablet 200 mg per hari), kemudian 400 mg per hari (dua kali 200 mg tablet)
Efek samping
Ruam, demam, fatigue, sakit kepala, somnolens, mual dan penongkatan enzim hati

2) DELAVIRDIN
Mekanisme kerja
Sama dengan nevirapim
Resistensi
Disebabkan oleh mutasi pada RT. Tidak ada resistensi silang dengan nevirapin dan efavirenz
Spektrum aktifitas
HIV tipe 1
Indikasi
Indikasi HIV-1, dikombinasi dengan anti HIV lainnya, terutama NRTI
Dosis
Peroral 1200 mg perhari (2 tablet 200 mg 3 kali sehari) obat ini juga tersedia dalam bentuk tablet 100 mg
Efek samping
Ruam, peningkatan tes fungsi hari

3) AFAVIRENZ
Mekanisme kerja
Sama dengan nevirapin
Resistensi
Resistensi terhadap efavirens disebabkan oleh mutasi pada RT kodon 100,179, dan 181
Spektrum aktifitas
HIV tipe 1
Indikasi
Infeksi HIV-1 dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya, terutama NRTI dan NtRTI
Dosis
peroral 600 mg perhari (sekali sehari tablet 600 mg, sebaliknya sebelum tidur untuk mengurangi efek samping SSPnya
Efek samping
Sakit kepala, pusing, mimpi buruk, sulit berkonsentrasi dan ruam


PROTEASE INHIBATOR (PI)
1) SAKUINAVER
Mekanisme kerja
Sakuinavir bekerja pada tahap transisi, merupakan HIV protease peptidomimetic inhibator
Resistensi
Disebabkan oleh mutasi pada enzim protease terjadi resistensi silang dengan PI lainya
Spektrum aktifitas
HIV (tipe 1 dan 2)
Indikasi
Infeksi HIV dalam kombinasi dengan anti HIV lain
Dosis
Peroral 3600 mg perhari atau 1800 mg per hari sama dengan makanan atau sampai dengan dua setelah makan lengkap
Efek samping
Diare, mual, nyeri abdomen

2) RITONAVIR
Mekanisme kerja
Sama dengan sakuinaver
Resistensi
Disebabkan oleh mutsi awal pada protease kodon B2
Spektrum aktifitas
HIV (tipe 1 dan 2)
Indikasi
Infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainya
Dosis
Peroral 1200 mg perhari (6 kapsul 100 mg, dua kali sehari bersama dengan makanan
Efek samping
Mual, muntah, diare

3) IDINAVIR
Mekanisme kerja
Sama dengan sakuinavir
Spektrum aktifitas
HIV (tipe1 dan 2)
Indikasi
Infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya seperti NRTI
Dosis
Peroral 2400 mg perhari, obat ini tersedia dalam kapsul 100, 200, 333, dan 400 mg
Efek samping
Mual, batu ginjal

4) NELFINAVIR
Mekanisme kerja
Sama dengan sakuinavir
Resistensi
Disebabkan terutam oleh mutasi pada protease kodon 30
Spektrum aktifitas
HIV (tipe 1 dan 2)
Indikasi
Infeksi HIV
Dosis
Peroral 2250 mg/hari bersama dengan makanan
Efek samping
Diare, mual, muntah

5) AMPRENAVIR
Mekanisme kerja
Sama dengan sakuinavir
Resistensi
Disebabkan oleh mutasi pada protease kodon 50
Spektrum aktifitas
HIV (tipe 1 dan 2)
Indikasi
Infeksi HIV
Dosis
Peroral 2400 mg/hari (8 kapsul 1500 mg 2kali sehari diberikan bersama atau tanpa makanan, tapi tidak boleh bersama dengan makanan
Efek samping
Mual, diare, ruam, peri oral/oral

6) LOPINAVIR
Mekanisme kerja
Sama dengan sakuinavir
Resistensi
Belum diketahui hingga saat ini
Spektrum aktifitas
HIV (tipe 1 dan 2)
Indikasi
Infeksi HIV
Dosis
Peroral 1000 mg perhari (3 kapsul 166,6 mg 2 kali sehari) diberikan bersamaan dengan makanan
Efek samping
Mual, muntah, peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida, penigkatan y-GT

7) ATAZANAVIR
Mekanisme kerja
Sama dengan sakuinavir
Spektrum aktifitas
HIV (tipe 1 dan 2)
Indikasi
Infeksi HIV
Dosis
Peroral 400 mg/hari bersama dengan makanan
Efek samping
Hiperbilirubinnemia, mual, perubahan EKG (jarang)


VIRAL ENTRY INHIBATOR
Enfurvirtid merupakan obat pertama yang masuk ke dala golongan viral entry inhibator. Obat golongan ini bekerja dengan cara menghambat fusi virus ke sel. Selain enfuvirtid; bisiklam saat ini sedang berada dalam studi klinis. Obat ini bekerja dengan cara menghambat masukkan HIV ke sel melalui reseptor CXCR4

ENFUVIRTID
Mekanisme kerja
Efuvirtid menghambat masuknya HIV-1 ke dalam sel dengan cara menghambat fusi virus ke membran sel
Resistensi
Perubahan genotip pada gp41 asam amino 36-45 menyebabkan resistensi terhadap enfuvirtid
Farmakokinetik
Dapat dilihat pada tabel dibawah ini











Dosis
Enfuvirtid 90 mg (1mL) 2xsehari di injeksikan subkutan di lengan atas, bagian paha anterior, atai di abdomen.
Efek samping
Reaksi lokal sperti nyeri, ertitema, pruritus, iritasi, dan nodul/kistaa